Syirik

Syirik

bakar kemenyan

Masalah perbuatan syirik memang tidak merugikan Allah. Kemurkaan Allah terhadap seseorang yang menyekutukan-Nya dengan yang lain adalah demi kelestarian posisi manusia itu sendiri. Manusia diciptakan Tuhan dalam posisi yang tertinggi dan terbaik diantara seluruh makhluk ciptaan Tuhan.

Dalam piramida ciptaan Tuhan di alam ini, manusia menempati posisi paling puncak. Tidak ada lagi yang lebih tinggi dari manusia kecuali Allah SWT. Adapun benda-benda seperti patung, dan kekuatan alam lainnya berada di bawah kendali manusia. Alam diciptakan Allah untuk manusia agar manusia mempergunakan potensi alam untuk kepentingan hidupnya di bumi.

Karena manusia yang paling tinggi posisinya di alam ini, maka Allah memilih manusia sebagai khalifah-Nya untuk mengurus alam. Allah SWT berfirman, “sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tiin: 4),

Dalam surat dan ayat yang lain, “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS. Al-Isra’ [17]: 70).

Dalam surat al-BaqarahAllah SWT juga menegaskan, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadi kan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? ‘ Tuhan berfirman: ‘SesungguhnyaAku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’ ” (QS.Al-Baqarah[2]:30).

Karena posisi manusia yang paling tinggi, dimana tidak ada lagi di atasnya kecuali hanya Allah SWT, maka Allah sangat murka kalau manusia menundukkan dirinya kepada alam yang lebih rendah statusnya atau kepada sesama manusia sekalipun. Alam seharusnya untuk ditundukkan dan diatur dengan sebaiknya oleh manusia, bukan sebaliknya untuk disembah. Memang alam punya tabiat yang teratur sehingga mudah untuk ditundukkan dan diatur oleh manusia. Manusia yang menundukkan dirinya kepada alam yang berada dibawah posisinya berarti sama artinya ia menjatuhkan posisinya yang paling mulia ke posisi yang rendah.

Dampak sosial dari penundukan diri kepada selain Allah adalah kehilangan nilai kemanusiaannya. Manusia menjadi tidak berdaya terhadap alam dan tidak punya kekuatan apa-apa dalam mengatasi tantangannya.

Dalam sejarah manusia beragama, akan kita temukan manusia merasa takut akan dewa-dewa yang ada di alam. Manusia sangat ketakutan kalau dewa alam akan marah, misalnya terjadi banjir, gunung meletus, penyakit menular dan lain-lain. Untuk menjaga agar dewa-dewa alam tidak marah, maka mereka mencoba berdamai dengan memberikan sesajian. Kemudian manusia memberontak dan keluar dari mitos-mitos tersebut menjelajah bumi dan angkasa luar.

Kedalangan Islam adalah untuk mengembalikan manusia kepada posisi terhormatnya yaitu sebagai khalifah yang akan membangun bumi ini. Untuk sampai kepada posisi yang mulia ini maka prinsip pertama yang harus dikukuhkan adalah masalah ketauhidan, beribadah hanya kepada Allah SWT. Ajaran utama dari nabi-nabi Allah adalah menghancurkan simbol-simbol kemusyrikan dan menegakkan nilai-nilai tauhid.

Menurut Abbas ‘Aqqad seorang cendikiawan dan juga budayawan berkebangsaan Mesir, bahwa tauhid merupakan perubahan fundamental dalam kehidupan manusia dari menyembah manusia atau benda kepada menyembah Allah SWT.

Masyarakat Mekkah pada saat kedatangan Nabi Muhammad telah menjadi masyarakat musyrik dengan mengambil sekutu atau partisipasi benda sebagai Tuhan yang disembah. Keyakinan politeisme ini telah membuat masyarakt Mekkah dan umat manusia lainnya terkungkung dalam kegelapan, sehingga kehidupannya menjadi beku dan tidak punya dinamika.

Sebagai catatan sejarah atas kegelapan masyarakat Mekkah seperti direkam dalam ayat, “apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh” (QS.At-Takwir[81]:8-9).

Setelah manusia punya daya dobrak yang kuat untuk menghancurkan tuhan-tuhan palsu, sekarang mereka harus diberi pegangan dengan mengukuhkan eksistensi Tuhan yang sesungguhnya yaitu Allah SWT.

Mengapa eksistensi Tuhan ini sangat diperlukan? Jawabannya karena manusia tidak mungkin hidup tanpa suatu keyakinan atau kepercayaan. Sejarah perjuangan komunis yang mencoba menghancurkan agama atau anti terhadap Tuhan ternyata gagal memberikan janji-janjinya kepada umat manusia.

Dalam Islam, manusia tidak saja sekedar disuruh untuk anti terhadap tuhan-tuhan palsu, kekuasaan tiran dan thaghut, akan tetapi juga diberikan pegangan yang kuat yang dinamakan dengan ‘urwatul wutsqa. Allah SWT berfirman, “…Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui“. (QS. Al-Baqarah [2]: 256).

Share this post

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.